Berikut ini catatan tanya-jawab fikih dasar bab sholat yang diampu oleh Ustadz As’ad Syamsul Arifin al-Hafidz, S.H.I., M.H. di kelas ngaji online program Bekal Ibadah melalui grup Whatsapp Madrosah Online Santrijagad.

Materi sholat yang disampaikan adalah:

  1. Waktu Sholat
  2. Sholat Lima Waktu
  3. Waktu Haram Melaksanakan Sholat
  4. Udzur Sholat
  5. Syarat Wajib Sholat
  6. Syarat Sah Sholat\
  7. Rukun Sholat
  8. Kesunnahan Sebelum, Ketika, dan Setelah Sholat
  9. Kemakruhan Sholat
  10. Pembatal Sholat
  11. Sholat Jamaah
  12. Qoshor dan Jama’




Bismillah. Assalamu alaikum… Mohon izin bertanya ustad, bagaimana hukumnya sholat yg berada di lantai 2 suatu masjid karena dilantai 2 tidak terlihat imamnya hanya terdengar suaranya? Atau bagaimana hukumnya jika sholat berjamaah tetapi bertempat di rumah penduduk dikarenakan saking banyaknya jamaahnya (kasus sholat jumat/idul fitri)? Apakah ada syarat2 tertentu untuk kondisi yg seperti itu?


Sholat di lantai 2 masjid, asal makmum mengetahui gerakan imam, baik dengan melihat, atau mendengar suara imam, sah jamaahnya. Mengikuti jamaah di masjid, tapi posisinya di luar masjid karena saking banyaknya yang jamaah karena masjid tidak muat, asal masih bisa melihat shof depannya, dan jarak antara dia dan shof depannya tersebut tidak lebih dari 300 dziro’ (kurang lebih 140 meter), maka sah jamaahnya.


Ketika sedang berjamaah 2 orang, kemudian ada makmum yg baru datang untuk ikut berjamaah setelah itu makmum yg pertama mundur untuk meluruskan shaf sholatnya. Apakah gerakan mundurnya makmum tersebut dipeebolehkan dalam sholat ustad? Soalnya saya sering melihat seperti itu.🙏


Yg demikian memang disunnahkan, ilustrasinya semacam ini: Jika hanya dua orang yang berjama'ah, posisi makmum hendaknya di sebelah kanan imam. Jika datang makmum lainnya maka makmum yang baru datang itu hendaknya berdiri di sebelah kiri imam, lalu barisannya disesuaikan dengan cara imam yang maju atau kedua makmum yang melangkah mundur.


Assalamu'alaikum, ustadz mau bertanya terkait kasus berikut. Saat sholat subuh di sebuah masjid ternyata kebiasaan di masjid itu klw setiap jumat subuh membaca surah sajdah yang mana salah satu ayat terdapat ayat sajdahnya, dan setelah ayat dibacakan imam takbir untuk melakukan sujud tilawah. Sedangkan makmum perempuan tertutup tirai yang gak kelihatan imam di depan (makanya dikira takbir untuk gerakan rukuk), sebenarnya ada makmum lain yang sujud. krna minimnya ilmu (bingung juga) bukannya ikut sujud tapi tetap rukuk. kemudian imam takbir lagi dan melanjutkan membaca ayat baru ngeh ternyata tadi sujud tilawah. Lalu apakah di akhir sholat sebelum salam, harus melakukan sujud sahwi ? Seperti apa bacaannya ? dan apakah saat duduk di antara sujud sahwi juga membaca doa seperti saat duduk di antara sujud ? 🙏🏻


Dalam kasus di atas, jika sudah terlanjur ruku', makmum baru sadar jika imam ternyata melakukan sujud tilawah, maka makmum harus segera berdiri lagi kemudian segera menyusul imam untuk sujud tilawah. Jika setelah berdiri dan hendak menyusul imam untuk sujud tilawah ternyata imam sudah bergerak untuk berdiri, makmum harus menunggu imam dlm kondisi berdiri. Makmum tidak boleh memaksakan diri untuk sujud tilawah dlm kondisi ini. Jika memaksakan, sholatnya bisa batal.


Hukum sujud sahwi itu sunnah. Dlm kasus anda, karena anda jadi makmum, anda tidak boleh melakukan sujud sahwi karena kelalaian anda sendiri. Karena jadi makmum, kelalaian anda sudah ditanggung oleh imam. Jika memaksakan diri untuk sujud sahwi, maka sholat anda bisa batal.


Ketika sholat berjamaah hanya terdiri dari imam dan satu jamaah. Apabila imam batal karena buang angin, apa yg harus dilakukan jamaah? Menggantikan posisi imam atau melanjutkan sholat dengan ganti niat munfarid? 


Jika jamaah hanya 2 orang, lalu imam batal, maka makmum melanjutkan sendiri sholatnya.


Apabila saat sholat, ada sisa makanan yang keluar. Apa yg harus kita lakukan? Mendiamkan, membuang atau menelan sisa makanan tersebut? 


Sisa makanan di mulut, jangan sampai ditelan, keluarkan jika memungkinkan, misalnya ludah ke lengan baju atau mukena (sisa makanan di mulut juga ludah itu tidak najis, jadi tidak mengganggu ke-sah-an sholat), kalau sampai ditelan dengan sengaja bisa membatalkan sholat.


Jika kita sedang sholat kemudian badan/pakaian kita terkena najis (misal kejatuhan kotoran cicak), apa yg harus kita lakukan ustad? 


Sedang sholat kejatuhan kotoran cicak, maka batalkan sholatnya, ganti pakaian atau cuci dulu pakaian yg terkena najis, lalu segera kembali untuk sholat.


Jika tempat sholat kita terkena/kejatuhan najis (misal ada kotoran cicak jatuh ke tempat sholat yakni diantara lutut dan dahi ketika sujud), bagaimana hukum sholat tersebut nggih? Apakah tempat kejatuhan kotoran cicak tersebut termasuk ke dalam bagian tempat sholat walaupun kita tidak menyentuh/terkena kotorannya?


Menurut qoul yang ashoh, yang demikian tidak membatalkan sholat, karena najis itu tidak terbawa saat sholat dan tidak pula dikatakan sholat di atas najis. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam kitab Kifayatul Akhyar;


ولو صلى على بساط تحته نجاسة أو على طرفه نجاسة أو على سرير قوائمه على نجاسة لم يضر ولو كانت نجاسة تحاذي صدره في حال سجوده أو غيره : فوجهان الأصح لا تبطل صلاته لأنه غير حامل للنجاسة ولا مصل عليها 


“Jika seseorang shalat di atas karpet yang di bawahnya terdapat najis, atau ia shalat di atas ranjang yang mana penyangganya terdapat najis maka hal tersebut tidak membahayakan shalatnya. Jika sebuah najis sejajar dengan dadanya tatkala ia sujud atau melakukan rukun yang lain, maka dalam keadaan demikian terdapat dua pandangan. Menurut qaul ashah shalatnya tidak batal karena ia tidak membawa terhadap najis dan tidak shalat di atas najis”


Kalau nggumoh bagaimana?


Muntah atau gumoh itu berasal dari perut besar, dan itu najis. Sedang sholat kemudian muntah, maka sholatnya batal


Apabila sholat jamaah, kita merasa imam bacaan fatihahnya kurang pas, itu gimana ya ustad apa yg harus kita lakukan?


Jika yang jadi makmum adalah orang yang dari segi bacaan masih di bawah imam, minimalnya bacaan yang menjadi rukun dalam sholat (takbiratul ihram, al-Fatihah, dst), maka sholatnya makmum sah, tetapi jika makmumnya adalah orang yang lebih ahli dalam masalah membaca al-Fatihah, maka sholatnya makmum tidak sah. Idealnya orang yang menjadi imam itu adalah orang yang paling ahli membaca al-Qur'an dan yang paling mengerti syariat.


Ketika setelah baca doa iftitah lupa belum baca Al Fatihah langsung baca surat pendek. Setelah ingat langsung baca Fatihah. Apakah setelah baca Fatihah harus mengulang baca surat atau tidak? Apakah disunnahkan melakukan sujud sahwi?


Saya belum menemukan ibaroh shorih ttg hal ini, tetapi jika melihat ketentuan yang umum ttg kesunnahan baca surat adalah waktu pembacaannya harus setelah al-Fatikhah. Melihat hal ini, terkait kasus anda, anda tetap disunnahkan membaca surat setelah al-Fatikhah, meskipun sebelumnya sudah anda lakukan.


Ketika sholat kemudian anak laki-laki nangkring dipunggung saat sujud, si anak ini tidak pakai Pampers hanya saja belum disunat. Apakah sholatnya batal? 


Selama anak tidak sedang dalam kondisi membawa najis, sesuai ibaroh yang say abaca, tidak membatalkan sholat. Tentang anak yang belum khitan, jika dilihat dari pembahasan ulama mengenai qulfah (kulit penutup kelamin laki2), memang ada khilaf di antara ulama, pendapat yang pertama menyatkan bahwa qulfah itu termasuk anggota lahir, sehingga jika ada najisnya, wajib disucikan. Menurut pendapat kedua, bagian dalam qulfah itu termasuk anggota batin, sebagaimana kotoran dalam perut. Jadi jika mengikut kpda pendapat kedua, bahwa bagian dalam qulfah adalah anggota batin, maka menggendong/dinaiki anak yang belum khitan saat sholat, tidak mebatalkan sholat. Wallahu A’lam.


Bagaimana posisi jari jemari tangan kanan saat duduk tasyahud, apakah langsung menggenggam atau menggenggam bersamaan dengan mengacungkan jari telunjuk? Kapan seharusnya mulai mengacungkan jari telunjuk dan kapan melepaskannya?


Posisi tangan kiri saat tasyahhud berada di atas paha kiri dengan membuka jari2 tangan disertai merapatkan jari2 tsb (bukan membenggangkannya). Ujung jari2 tangan kiri sejajar dengan sisi lutut. Tangan kanan posisinya di atas tangan kanan dengan menggenggamkan tangan kanan kecuali jari telunjuk. Jari jempol boleh diletakkan di bawah jari telunjuk atau disampingnya. Jari telunjuk di angkat saat mengucapkan “illallaaah” dan diturunkan saat mengucapkan salam.


4. Mohon penjelasan juga soal perbedaan gerakan sholat antara laki-laki dan perempuan.


Saya kan pernah keseleo di kaki, jadi akibatnya sekarang  kalau duduk tasyahud dengan ibu jari/jempol ditekuk itu nyeri, saya gak tahan.. jadi saya sering sekali duduk tasyahud tanpa menekan ibu jari.. itu bagaimana ya Pak, apa dibolehkan? mohon penjelasannya, terimakasih banyak.


Duduk  tasyahhud dengan menegakkan telapak kaki kanan (menekuk jari2 kaki kanan) adalah Sunnah, jika tidak dilakukan tidak apa2, sholatnya tetap sah.


di Sorong Papua, kan sekarang waktu Subuh ±jam 5.05 sedangkan disebutkan salah satu waktu diharamkan sholat mulai terbitnya matahari sampai naik 4 derajat = ±15menit dari terbitnya matahari. Bagaimana kita sebagai orang awam untuk bisa memastikan matahari sudah naik 4 derajat atau belum ? apakah cukup dengan menggunakan jadwal sholat di aplikasi / website ngoten nggeh biar lebih valid ?


Sebagai orang awam, hari ini kita dimudahkan dengan adanya aplikasi waktu sholat yang akurasinya sudah teruji oleh pakar2 ilmu falak/hisab. Misalnya aplikasi Nu Online, silahkan di download, disana ada pemberitahuan waktu sholat yang sangat bagus sekali.


untuk kasus sholat subuh yang kesiangan karena diharuskan mandi besar dulu dan jika sudah memasuki waktu terbit apakah haram melaksanakan sholat ? atau tetap sholat dengan niat qodho', krena waktunya sudah tidak _ada'an._ 


Jika memang matahari sudah terbit, maka waktunya sholat subuh sudah habis. Meskipun demikian harus segera menjalankan sholat subuh, dan sholat di luar waktunya ini masuk kategori qodlo’. 


sama halnya seperti waktu menjelang maghrib juga disebutkan menjadi salah satu waktu yang diharamkan sholat. Jika semisal dalam kondisi di perjalanan dan belum memungkinkan melaksanakan sholat ashar, ketika sudah tiba di tempat tujuan apa masih diperbolehkan sholat di waktu haram tersebut? Atau lebih baik menunggu sekalian masuk waktu maghrib kemudian mengqodho' sholat asharnya ? 


Mengqodlo’ sholat tidak diharamkan dilaksanakan pada waktu-waktu haram yang lima ini. Begitu juga sholat-sholat sunnah yang memiliki sebab terdahulu seperti sholat sunnah wudlu, sholat tahiyyatul masjid. Atau sebab yang membersamai seperti sholat gerhana matahari dan bulan. Jika memang belu melaksanakn sholat ashar, maka wajib melaksanakannya meskipun sudah berada pada waktu haram, Jangan nunggu sampai masuk waktu maghrib. Selama masih belum masuk waktu maghrib, status sholatnya masih ada-an bukan qodo’.


Untuk posisi sholat berjama'ah perempuan semua apa posisinya juga sama jika hanya ber 2 imam di sebelah kiri,makmum di sebelah kanan? Lalu jika makmumnya ada 2 / lebih jika tempat sholatnya tidak memungkinkan untuk imam berada di depan makmum / misal tempatnya sempit posisi memanjang,,posisi imam sebaiknya ditengah2 antara makmum maju sedikit atau tetap di sebelah paling kiri?


Untuk posisi jamaahnya perempuan, jika cuma 2 (imam dan 1 makmum), posisinya sama dengan jamaahnya laki2. Jika jamaahnya banyak, posisi imam permpuan berada di tengah. Mengenai apakah antara imam dan makmum pada jamaah perempuan harus sejajar atau agak maju sedikit imamnya, dalam hal ini ada khilaf di antara ulama, ada yang menyatakan imam sejajar dengan makmum dan ada yang megatakan, imam perempuan agak maju sedikit.


Apa yg harus kita lakuakan ketika kita sdg shalat sunnah di masjid atau di mushola tp ada orang yg menepuk pundak kita tanda kalo mau ikut jamaah?


Orang yg sholat fardlu, makruh bermakmum dengan orang yg sholat sunnah, meskipun demikian tetep memperoleh fadilah jamaah...jadi biarkan saja jika ada yg berbuat demikian, dan anda tidak perlu merubah niat menjadi imam.


Apa yg harus kita lakukan jk ternyata saat kita ikut makmum jamaah ternyata salah gerakan. Harusnya sujud malah rukuk misalnya krena kita tdk melihat jamaah yg lain atau imam.


Jika imam sujud karena mmbaca ayat sajdah (sujud tilawah), dan makmum ruku' krena tidak tahu. Lalu makmum sadar, maka Makmum harus kembali berdiri kemudian menyusul imam sujud. Jika saat hendak menyusul sujud, imam sudah hendak berdiri lagi, maka makmum tidak perlu menyusul sujud, ttp menunggu imam dg berdiri.


Jika kita ingin berjamaah dengan orang yg sudah sholat sendirian, apakah diharuskan terlebih dahulu menepuk pundak orang tersebut?


Tidak harus, bisa langsung menjadi makmum di belakangnya.


Jika kita terlambat untuk mengikuti sholat berjama'ah & kapan waktu yang benar untuk membaca do'a iftitah? Apakah langsung di raka'at pertama saat kita mulai mengikuti imam atau nanti setelah imam selesai salam baru kita mulai / mengganti raka'at dengan cara dimulai dari membaca do'a iftitah & membaca ayat Al Qur'an setelah Al Fatihah seperti melaksanakan raka'at pertama dalam sholat wajib?


Doa iftitah itu letaknya adalah setelah takbirotul ihrom pada rakaat pertama, sebelum membaca ta'awwudz. Jika makmum telat, imam  sudah berditi pada rakaat kedua misalnya, jika makmum memperkirakan, jika ia membaca doa iftitah dan al fatikhah waktunya masih cukup, mkmum sunnah membaca iftitah pada saat itu setelah dia takbirotul ihram. Ttp jk tidak cukup, maka tidak usah membaca doa iftitah, langsung al-fatikhah saja, karena ini yg wajib.


Jika sdg dlm perjalanan darat ke luar kota, bisa transit di masjid, lebih utama shalat wajib dg kaidah rakaat biasa atau mengambil keringanan musyafir dg melaksanakan shalat jama' qashar?


Jika perjalanannya bukan perjalanan maksiat, dan jarak tampat tujuannya lebih dari 82 KM, maka sudah boleh menqoshor sholatnya. Jika jarak tujuannya lebih dari 123 KM maka yang lebih utama menurut madzhab Syafiyyah adalah menqoshornya dari pada menyempurnakan sholat seperti biasa.


Saat kita berada di luar kota tsb selama 2-3 hari, pelaksanaan shalat dg kaidah biasa atau boleh secara jama' qashar?

Jika tidak niat mukim (tinggal) di tempat tujuan selama minimal 4 hari, bukan hari masuk atau keluarnya dari tempat tujuan, maka masih boleh menqoshor.


misal kita memang posisi sholat fardhu sendirian di masjid,kemudian ada yg menepuk memberi tanda ikut jama'ah,padahal di awal kita niat sholat sendirian,lalu kalau seperti itu bagaimana cara mengganti niat menjadi imamnya? atau adakah bacaan niat khusus, mengganti dari niat sholat sndri menjadi niat menjadi imam saat posisi kita sedang ditengah2 sholat?


Dalam kasus anda, niat menjadi imam itu tidak harus, tetapi jika ingin mendapatkan fadlilah jamaah, maka sebaiknya anda berniat menjadi imam setelah ada orang yang menepuk pundak anda tanda ingin  bermakmum. Cara niat menjadi imam cukup mengucapkan dalam hati; *“Saya berniat menjadi imam.”* Atau kalau ingin yang berbahasa arab, maka semacam ini:


*نَوَيْتُ الاِمَامَةَ*


Salah satu waktu yg mustajab untuk berdoa adalah saat sujud terakhir. Pertanyaan saya, apakah boleh doa yang dibaca itu doa yang sifatnya umum dan berbahasa Indonesia? Apakah doanya dilafalkan atau hanya dalam hati? 


Berdoa dalam sujud adalah dianjurkan. Begitu juga bagi imam, asal mendapatkan kerelaan dari makmum. Juga dianjurkan untuk memperbanyak doa, baik dengan doa yang ada riwayatnya ataupun tidak, Memperpanjang sujud dengan membaca dzikir2 yang ada riwayatnya, terutama bagi orang yg sholat sendiran baik berkenaan dengan urusan akherat ataupun dunia. Adapun mengenai doa yang berasal dari kreasi sendiri dan anda tidak mampu mengucapkannya dalam bahasa arab, jika anda ingin panjatkan doa tsb di dalam sholat, ucapkan saja dalam hati.


Kalau kita tertinggal sholat berjama'ah,,misalnya kita baru saja takbiratul ikhram,sedangkan imam sudah mulai rukuk,,yang seharusnya kita lakukan apakah segera mengikuti rukuk atau menyempurnakan sampai selesai bacaan alfatihah dulu? Misal belum selesai alfatihah imam sudah mau berdiri dari rukuk,apakah boleh segera menyusul rukuk atau dihitung kita tertinggal 1 rakaat?


Dalam kasus ini, anda termasuk kategori makmum maksbuq (makmum yang mendapati imam dalam kondisi berdiri, namun tidak cukup untuk membaca al-Fatikhah). Bagi makmum masbuq, ia harus segera mengikuti imamnya yang ruku’ meskipun fatikhahnya belum selesai. Jika masih bisa mengikuti ruku’nya imam, ia berarti masih mendapati 1 rakaat. Jika tetap membaca al-Fatikhah dan kemudian imam sudah bergerak untuk bangun dari ruku’, maka anda dianggap telah ketinggalan 1 rakaat. Meskipun demikian, gerakan2 imam pada rakaat itu harus tetep anda ikuti meskipun nanti anda masi harus nambah 1 rakaat lagi.


Berarti makmum masuk di rakaat pertama tidak membaca fatikhah,, apakah boleh ustadz?


Jika setelah makmum takbirotul ihram, imam sudah bergerak rukuk', makmum langsung saja ikut ruku'....fatikhahnya makmum, sudah ditanggung imam


Saya masih kurang paham: semisal makmum takbiratul ihram sementara imam rukuk; dan makmum hendak lansung rukuk lalu imam bergerak bangun dari rukuk, itu apakah si makmum dihukumi masih mendapati rekaatnya imam?


Pak Asad: Makmum disebut mendapati ruku'nya imam dan dianggap mendapatkan 1 rakaat itu ketika makmum setelah takbirotul ihram masih bisa ruku' *bersama* imam dengan ruku' yang sempurna' dan thuma'ninah. Dalam kasus, ketika makmum hendak ruku', ternyata imam sudah bergerak untuk berdiri dari ruku', maka yang semacam ini tidak disebut mendapati ruku' bersama imam, konsekwesinya, ia tidak dihitung mendapati 1 rakaat. Wallahu A'lam


Tanya, ustad. Di kampung saya banyak yg mengerjakan sholat tasbih, sholat hajat, dan sholat dluha dengan berjamaah. Apakah hal itu diperbolehkan di mana sholat2 tsb biasanya dikerjakan secara sendiri2? Sholat tasbih itu dilakukan saat 10 hari terakhir ramadan di masjid oleh masyarakat. Sedangkan sholat hajat berjamaah dilakukan oleh panitia penerimaan siswa suatu madrasah dg hajat semoga banyak yg mendaftar. Nah, di antara amalannya yakni dg para guru sholat hajat berjamaah. Selain dg berjamaah, sholat hajatnya harus di ruang terbuka. Tdk boleh di aula atau musala madrasah.


Ada sholat sunnah yg sunnah dilakukan dengan berjamaah, seperti; sholat 2 hari raya, sholat tarowih, witir di bulan romadlon dan sholat istisqo'. Ada pula sholat sunnah yg tidak disunnahkan berjamaah, seperti; sholat dluha, sholat tasbih, sholat sunnah rowatib dan sholat hajat. Untuk sholat sunnah yg tidak disunnahkan berjamaah, apabila dilakukan dengan berjamaah, sholatnya tetep sah, namun tidak ada ganjaran jamaahnya. Tetapi jika diniatkan untuk pembelajaran/pendidikan, agar anak didik/masyarakat gemar sholat sunnah, maka dng  niat baik tsb akan mendapatkan ganjaran.


Hal ini sebagaimana keterangan di dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin:


تباح الجماعة في نحو الوتر والتسبيح فلا كراهة في ذلك ولا ثواب، نعم إن قصد تعليم المصلين وتحريضهم كان له ثواب، وأي ثواب بالنية الحسنة فكما يباح الجهر في موضع الإسرار الذي هو مكروه للتعليم فأولى ما أصله الإباحة وكما يثاب في المباحات إذا قصد بها القربة كالتقوى بالأكل على الطاعة هذا إذا لم يقترن بذلك محذور كنحو إيذاء أو إعتقاد العامة مشروعية الجماعة وإلا فلا ثواب بل يحرم و يمنع منها


Intinya sholat tasbih dan sholat hajat, tidak disunnahkan berjamaah, tetapi jika dilakukan dg berjamaah boleh, namun tidak ada pahala jamaahnya. Untuk lokasi pelaksanannya, asal ruang tersebut suci, baik terbuka atau tertutup, tidak apa2 untuk dilaksanakan sholat di sana.


Pelaksanaan sholat jamaah adanya 1 imam dan 1 makmum. Jika makmum itu adalah anak yg belum baligh dan dalam pelaksanaan sholat terkadang mengikuti imam terkadang juga masih suka bergerak sesukanya. apakah sholat tsb masih dihukumi sholat jama'ah ataukah sendirian


Berjamaah dengan anak kecil yg sudah mumayyiz (sudah pinter/sudah bener sholatnya) adalah sah. Tetapi jika anak kecil itu belum mumayyiz (masih suka main2 saat sholat) jamaahnya tidak sah, bahkan sholatnya bisa batal.


Jarak diperbolehkannya shalat qashar 82 km atau 123 km?


Jarak minimal orang yang bepergian sudah boleh melakukan Qoshor sholat adalah 82 KM. Sedangkan jarak 123 KM adalah jarak yang seseorang melakukan bepergian, ia lebih utama untuk melakukan qoshor sholat dari pada menyempurnakan sholat. Maksdnya, jika seseorang pergi dan jarak tempat tujuannya kurang dari 123 KM tetapi lebih dari 82 KM, ia sudah boleh melakukan qoshor, hanya saja, yang lebih utama baginya jika jaraknya kurang dari 123 KM, ia menyempurnakan sholatnya, bukan Qoshor. Tetapi jika jarak tempat tujuannya lebih dari 123 KM, yang utama baginya adalah qoshor sholat, bukan menyempurnakan sholat. Semoga bisa difahami.


Misal akan pergi dg pswt sblm shalat dhuhur, perkiraan sampai tujuan sdh maghrib, apakah boleh shalat qashar jama' takdim posisi msh di rmh atau lbh baik shalat di pswt?


Menqoshor sholat jika posisinya masih di rumah, adalah tidak boleh....anda boleh menqoshor sholat jika bepergian anda sudah anda lakukan. Oleh karena itu, jika ingin mengqoshor sholat, anda bisa lakukan di bandara sebelum keberangkatan pesawat. Karena ketika anda sudah berada di bandara, status anda sudah meninggalkan rumah (sudah menjadi musafir).


Misal pulang dr bepergian dr luar kota/negeri naik pswt sblm dhuhur perkiraan tiba di rmh sdh asar, apakah sebaiknya shalat qashar jama' takhir di rmh atau shalat di pswt?


jika diperkirakan datang anda di bandara pada waktu ashar, anda masih bisa melakukan qoshor plus jamak ta’khir saat di bandara. Karena saat masih di bandara, status anda masih seorang musafir (selama belum sampai di rumah). Jika sudah sampai rumah, anda sudah tidak boleh lagi melakukan qoshor sholat (karena anda sudah bukan lagi musafir).


Sedikit tambahan, sholat di dalam pesawat selama bisa menjalankan semua rukun2 sholat seperti berdiri, menghadap qiblat, ruku’ dan sujud, maka sholatnya sah. Tetapi jika tidak memungkinkan untuk melakukan dengan sempurna, menjalankan semua rukun2 sholat, saat masuk waktu sholat, harus tetep melakukan sholat sebisanya, dan status sholatnya ntuk menghormati waktu. Kemudian nanti jika sudah sampai tempat tujuan, sholat yang sudah dilakukan di dalam pesawat di ulangi lagi. Ini jika perjalanan pesawatnya sampai belasan jam, atau melebihi dua kali sholat yang bisa di jamak. Contohnya, perjalanan pesawat dimulai sebelum dzuhur sampai malam hari saat waktu sholat isya.


Di poin 1 ttg kebolehan sholat jamak hanya ditulis "bepergian", apakah artinya tidak ada jarak minimal nya sebagaimana sholat qoshor? Lalu, misal kita bepergian dg jarak yg <82km tp terjebak kemacetan di toll, manakah yg lebih baik, kita niat jamak sholat atau kita sholat hurmat waktu dan nnt diqodlo saat sdh sampai tujuan? (Asumsi tidak cukup waktu utk melipir ke rest area/ menemui tempat sholat) 🙏


Jarak bolehnya orang bepergian untuk melakukan jama’ sholat adalah sama dengan jarak minimal orang boleh melakukan qoshor sholat, yaitu 82 KM. Jika jarak bepergiannya kurang dari 82 KM, belum boleh untuk melakukan jama’ sholat menurut qoul resmi madzhab syafi’iyyah. Artinya, jika memang anda tidak menemukan tempat yang bias digunakan untuk mengerjakan sholat, dan terjebak macet sebagaimana yang anda sampaikan, anda tetap wajib melakukan sholat sebisanya (lihurmatil waqti). Dengan ketentuan, jika memang sholat tsb tidak terpenuhi semua rukun2nya, nanti jika sudah sampai tujuan, sholatnya di qodlo’.


Sebenarnya, jika kasusnya adalah terjebak macet, anda masih bias melakukan sholat meskipu tidak di tempat semestinya. Misalnya di sholat di pingir jalan, asalkan ditempat tsb tidak terlihat adanya najis, statusnya adalah suci dan bisa digunakan untuk sholat. Mengenai alat bersucinya, jka anda membawa botol minuman, satu botol minuman sudah cukup untuk melakukan wudlu dengan minimalis. Sehingga dengan demikian, anda bisa melakukan sholat sebagaimana biasa dan tidak perlu sholat lihurmatil waqti.


Berarti sholat witir berjamaah dlm rangkaian tarawih, tdk dpt pahala berjamaah kah?


Sholat witir di dalam bulan romadlon adalah pengecualian, maksudnya, sholat witir di bulan romadlon, sunnah dilakukan dengan berjamaah, dan biasanya dilakukan setelah sholat tarowih. Sedangkan witir di selain bulan romadlon, tidak sunnah dilakukan dengan berjamaah, namun jika tetap dilakukan dengan berjamaah, sholat witirnya tetap sah namun tidak mendapatkan pahala jamaah.


sholat hajat tersebut dalam konteks menjalankan suatu amalan yg mana bila tdk dilakukan di tanah lapang, tdk diperbolehkan. Apakah hal tsb dapat dikatakan bidah? 🙏


jika pelaksanaan sholat hajat di tanah lapang tsb diyakini sebagai sebuah ketentuan dari syariat, maka keyakinan semacam ini yang masuk pada bid'ah. Tetapi jika pelaksanaan tersebut tidak diyakini sebagai sebuah ketentuan syariat, hanya berdasar kesepakatan saja atau karena alasan lain, misalnya agar tanah tsb terberkahi karena digunakan untuk sholat, maka menurut saya, tidak sampai masuk kategori bid'ah. wallahu A'lam.


Berarti kalau kita jama'ah sama anak yg baru belajar sholat ( belum bisa khusyuk / belum paham betul bacaan sholat dll) itu lebih baik tidak pakai niat menjadi imam njih? Karena kalo niat sholat jama'ah malah bisa jadi batal kalau anaknya tidak fokus sholat? 


Iya benar, tidak usah niat imaman, krna jika niat imaman sedengkan makmumnya adalah orang yg batal sholatnya karena masih kecil dan suka main2 dlm sholatnya...sholat anda bisa batal.


mengapa dlm hal ini solat bisa sampai batal?


Karena mengkaitkan/menyambungkan sholatnya dengan seseorang yang batal sholatnya, hal ini sebagaimana disampaikan oleh imam al-Baijuri di dalam kitabnya.


ولو كان الامام يعلم بطلان صلاة المأموم ونوى الامامة به بطلت صلاته لانه ربط صلاته بصلاة باطلة لكن قال الشيخ الجوهري لا تبطل صلاته الا ان قال اماما بهذا


Tapi misal kita mau mengajari anak,waktu sholat maghrib / isya' misalnya yg bacaan surat alfatihah & surat pendeknya dengan mengeluarkan suara jelas,apakah boleh kalau niatnya sholat sndri tapi bacaannya suaranya seperti sholat berjama'ah?


Boleh, karena memang sholat maghrib dan isya' itu sunnahnya menyaringkan suara bacaan al-Fatikhah dan surat di 2 rakaat yg pertama.


kalau yang sholat berjama'ah itu hanya ber2 suami istri apakah tetap seperti posisi di gambar atau istri menjadi makmum di sebelah kiri?


Jika makmumnya adalah perempuan, meskipun cuma satu, maka posisinya di belakang imam.


apakah sholat berjemaah dengan satu makmum di mana kondisinya sudah agak pikun, apakah sholat jamaahnya menjadi tidak sah dan batal? Maaf, yang batal itu sholatnya atau sholat jamaahnya? 🙏


Jika orang yang sudah pikun tsb, masih bisa sholat dengan semestinya (Syarat rukunnya sholat terpenuhi), maka sholatnya sah. Sah semuanya, jika sholatnya sebagaimana yang semestinya....meskipun pikun. Orang yang pikun, selagi masih memiliki kesadaran (bukan gila/hilang akalnya), masih tergolong mukallaf, oleh karena itu masih berkewajiban menjalankan sholat dan kewajiban syariat lainnya. Dan memang, orang yang sudah pikun, dalam menjalankan kewajiban syariat, biasanya perlu bimbingan/diingatkan oleh orang2 dekatnya. Tetapi jika pikun tersebut sampai menghilangkan akal (sampai dalam kondisi sudah tidak bisa membedakan lagi mana yang baik dan mana yang buruk), menurut fatwanya Imam as-Subki, kepikunan yang semacam ini bisa mengeluarkan seseorang dari status mukallaf....konsekwensinya, ia sudah tidak wajib lagi menjalankan sholat. Wallahu A'lam.


dlm praktik sholat berjamaah saya sbg imam dan bapak saya sbg makmum, kerapkali bila ada orang rumah lewat, malah ditanya/diajak ngobrol; padahal dirinya sedang sholat. Lalu, ketika sholat tlah rampung, sering bilang belum sholat atau sebaliknya. Bacaan serta hitungan rekaat sudah tdk bisa mandiri alias hrs dituntun. Pun, soal najis.  Namun, beliau masih bisa diajak ngobrol secara terbatas alias ngobrol ringan2 spt sudah makan atau belum. Yg pasti ingatannya sdh menurun amat drastis. 


Kalau kondisinya sudah semacam itu, maka menurut saya pribadi, sudah termasuk tidak mukallaf...sehingga tidak wajib lagi sholat, sebagaimana orang gila....sebagaimana penjelasan Imam as-Subki di dalam fatwanya, yang menyatakan bahwa antara orang gila dan orang yang pikun sangat, secara hukum adalah satu (sama).


Saya tinggal di perumahan. Disini kebiasaan ibu² berkegiatan pusatnya di masjid (serambi) termasuk arisan dengan alasan serambi tidak termasuk bagian dalam masjid. Padahal sholat jamaah 5waktu masjidnya sepi


Serambi masjid, secara hukum adalah sama dengan masjid. Ttg arisan, jual beli, dsb, di serambi, imam al-Ghozali memberikan sebuah qaedah di dalam kitab Ihya ulumiddin, yaitu:


Apa yang boleh dilakukan di luar masjid, seperti menjahit dan menjual obat, maka jika dilakukan di dalam masjid tidak diharamkan, kecuali sebab sesuatu yg datang kemudian. Seperti mempersempit tempat orang mengerjakan sholat atau mengganggu orang sholat.


Jika yg demikian tidak ada, maka melakuan kegiatan seperti di atas, yaitu menjahit, menjual obat dan juga termasuk arisan (sesuai keyakinan saya) adalah tidak sampai haram, namun yg utama, tidak melakukan itu semua di dalam masjid (juga serambinya).


Namun kebolehan ini, jika dilakukan secara jarang2 (tidak terus menerus), hanya dlm hari2 tertentu. Jika dilakukan terus menerus, maka haram untuk dilakukan. Misalnya bikin toko di dalam masjid.



ومنها ما هو مباح خارج المسجد كالخياطة وبيع الادوية فهذا فى المسجد ايضا لا يحرم الا بعارض

وهو ان يضيق المحل على المصلين ويشوش عليهم صلاتهم فان لم يكن شيئ من ذلك فليس بحرام والاولى تركه

ولكن شرط اباحته ان يجري فى اوقات نادرة وايام معدودة فان اتخذ المسجد دكانا على الدوام حرم ومنع منه اهـ



AKHIR TANYA JAWAB


DIKOMPILASI PADA AHAD 19 MARET 2023
OLEH MADROSAH.COM